- Pengertian Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak Langsung. Lingkungan hidup terutama dikaji dalam ilmu lingkungan yang merupakan ekologi terapan (applied ecology) dengan tujuan agar manusia dapat menerapkan prinsip dan konsep pokok ekologi dalam lingkungan hidup (Valentinus Darsono,1995). Dengan pengetahuan manusia tentang ekologi, niscaya dapat mempengaruhi serta menyelesaikan masalah lingkungan yang sedang dihadapi, untuk menuju masyarakat yang berkelanjutan. Ada beberapa perumusan mengenai lingkungan hidup (Valentinus Darsono,1995).
- St. Munajat Danusaputra, lingkungan dapat ditafsirkan dengan semua benda sekaligus kondisi yang tidak bias dilepaskan seluruh aktifitas manusia, yang dalap dilihat dalam suatu ruang dimana manusia itu berada dan memberikan pengaruh atas kelangsungan hidup, sekaligus mewujudkan kesejahteraan hidup secara keseluruhan.
- Emil Salim, lingkungan secara general dapat dimaknai dengan sebagai benda, keadaan serta pengaruh yang terdapat pada ruangan yang kita diami dan saling mempengaruhi antar sesama, termasuk kehidupan manusia. Ruang lingkungan dalam pengertian ini memiliki makna yang sangat luas, akan tetapi dapat dibatasi untuk praktisnya bahwa ruang lingkungan hidup dengan segala factor yang memberikan pengaruh, misalkan factor social politik, alam, factor ekonomi, faktor agama dan budaya dan lain sebagainya.
Sejalan dengan itu, lingkungan hidup yang berkualitas memiliki konsep yang sangat erat hubungannya dengan konsep kualitas hidup. Karena itu, lingkungan hidup terbentuk oleh adanya interaksi antara lingkungan hidup dengan manusia (ValentinusDarsono, 1995). Tentunya untuk mewujudkan lingkungan hidup yang berkualitas, hal paling mendasar yang perlu diperhatikan yakni melihat berbagai pendekatan etika lingkungan. Terdapat tiga macam pendekatan etika lingkungan, yakni: etika egosentris, etika homosentris, dan etika ekosentris (J.Sudriyanto, 2000).
Etika egosentris lebih berorientasi kepada individualistis. Kabaikan yang didapat untuk pribadi memberikan dampak yang baik pula untuk social masyarakat. Thomas Hobbes telah menyahuti konsep demikian pada naluri hidup manusia sangat bersifat kompetitif. Antara sesama manusia memiliki persaingan atau bukannya untuk saling mengalahkan antara satu dengan yang lainnya, atau idiom yang seringkali diperdengarkan Homohominilupus (manusia adalah serigala bagi yang lainnya). Lanjut Hobbes menyangkut hal ini, alam semesta dibentangkan untuk kehidupan bersama, karena sifatnya yang terbuka maka masing-masing orang bersaing untuk memperolah berbagai sumber yang terbaik dari tersebut. Dengan begitu manusia actor yang rasional mengoperasionalkan alam ini sesuai insting-insting yang alamiah.
Etika homosentris, bermuara pada kepentingan hidup masyarakat. Pandangan etika ini memberikan penekanan terhadap model kepentingan sosial dan kepada setiap elemen yang bergerak untuk melindungi kesejahteraan semua masyarakat. Masyarakat yang kompleks yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda harus bertindak secara kolektif untuk keberlanjutan alam dan hidup mereka, Jeremy Bentham dan John Stuart Mill menguraikan bahwa etika yang berujung pada gerak keloktif itu mendatangkan kesadaran dan keuntungan bagi seluruh masyarakat dari alam yang tersedia. Etika ekosentris sebagai pandangan terakhir yang menitik beratkan pada kosmos. Dalam pandangan etika ini, alam maupun lingkungan itu secara totalitas dimaknai memiliki arti pada diri sendiri.
Bahkan semua komponen alam semesta ini baik yang hidup maupun yang tidak hidup memiliki eksistensi masing-masing sebagai sebuah ekosistem yang sehat. Misalnya manusia, bagian dari kosmos secara eksistensial mempunyai tanggung jawab moralnya masing-masing. Hal ini juga yang membuat etika ini bersifat holistic, lebih jauh dari pada pandangan mekanistik maupun metafisik (Sonny Keraf,2002). Tentu tidak dapat dipungkiri bahwa, keterkaitan antara teologi, dan etika merupakan ajaran intrinsic dalam Islam itu sendiri, yang kemudian mendorong terbentuknya sistemetika dalam Islam, khususnya dalam pemiliharaan lingkungan hidup. Berbagai cara pandang menyangkut realasi hidup dengan alam diatas, tampaknya pendekatan ekosentris ekofeminis, selangkah lebih baik dan berorientasi dalam pandangan ecotheology, karena mengakui semua organisme yang terdapat dalam alam ini memiliki hak yang setara untuk menunjukkan eksistensi masing-masing bahkan memberikan pandangan terhadap kesatuan ciptaan, dan memperlakukannya seharusnya dengan harmonis dan kasih sayang, dengan cara yang demikian maka akan terwujudlah lingkungan hidup yang berkualitas.
Runi zarkasya says:
Artikel ini membantu saya untuk lebih menyadari tentang lingkungan sekitar. Terima kasih